"Kalau mengaku gagal dan mempertanggungjawabkan kegagalan itu, maka mundur sajalah, ini namanya sikap dan jiwa sportif."
Para mantan atlet bulu tangkis nasional yang pernah mengharumkan nama bangsa di kancah internasional menuntut Pengurus Besar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PB PBSI) mengundurkan diri. Hal tersebut perlu dilakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kegagalan di Piala Thomas dan Uber.
"Kalau mengaku gagal dan mempertanggungjawabkan kegagalan itu, maka mundur sajalah, ini namanya sikap dan jiwa sportif," tegas mantan pebulu tangkis nasional Rudy Hartono di Jakarta, hari ini.
"Dulu sewaktu saya duduk dalam kepengurusan dan tim Piala Thomas gagal saya langsung mengundurkan diri, padahal itu hanya gagal juara. Yang sekarang ini terhenti di perempatfinal oleh Jepang adalah sesuatu yang sangat memalukan, kemana pun kita pergi kita menjadi malu," tandas Rudy Hartono yang juga sukses menjuarai All England delapan kali itu.
Hal itu dikatakan Rudy kepada wartawan ketika bersama sejumlah mantan atlet bulu tangkis membacakan Deklarasi Keprihatinan untuk disampaikan kepada PB PBSI yang memuat tujuh butir keprihatinan secara tertulis.
Deklarasi disampaikan terkait dengan hasil Piala Thomas dan Uber yang hanya mampu mencapai perempatfinal di Wuhan baru-baru ini, sebagai prestasi terburuk sejarah bulu tangkis Indonesia.
Turut hadir dalam acara itu di antaranya Liem Swie King, Joko Supriyanto, Christian Hadinata, Sigit Budiarto, Bambang Supriyanto, Haryanto Arbi, Richard Mainaky, Ivana Lee, Imelda Wiguna, Retno Kustiah, Elizabeth Latif, Sarwendah Kusumawardhani, Luluk Hadiyanto dan beberapa mantan atlet pebulutangkis nasional lainnya.
Dikatakannya, berbagai evaluasi telah dilakukan, demikian pula kritik dan saran sudah sering disampaikan oleh para mantan atlet menyusul sejumlah kegagalan di ajang internasional, namun PB PBSI tak pernah menindaklanjutinya dengan tindakan yang nyata.
"Bulu tangkis adalah milik kita bersama, bukan milik orang per orang. Untuk mengurusnya harus menempatkan orang yang tepat pada jabatan yang tepat," ujarnya.
"Kami siap dipanggil untuk duduk bersama membahas hal ini. Orang-orang yang harus bertanggungjawab atas prestasi bulu tangkis kita seharusnya memanggil kami semua," lanjutnya.
Rudy memaparkan, di antara kesalahan yang telah dilakukan PB PBSI adalah dalam menempatkan personel-personel kepengurusan yang berkaitan langsung dengan prestasi, seperti pelatih dan Bidang Pembinaan Prestasi (Binpres).
Menurutnya, penggunaan pelatih asing seharusnya dibahas dulu dalam rapat pleno dan tidak sembarangan merekrut dari negara yang tidak jelas asal usul prestasinya.
"Contohnya, penggunaan pelatih asing itu harus ditunjukkan dulu argumentasinya dan harus dibahas dalam rapat pleno. Ngapain menggunakan pelatih asing dari Malaysia?" demikian Rudy Hartono
#beritasatu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar