Selamat Datang di Blog Saya ... Semoga BERMANFAAT !!

Minggu, 10 Juni 2012

Sharapova Memadukan Kecantikan dan Tenis

Cantik dan jago bermain tenis, sepertinya adalah dua hal yang tidak boleh berpadu
Namun sekarang, media ataupun banyak pengamat harus menerima kenyataan tersebut, menyusul keberhasilan Maria Sharapova menjuarai turnamen Perancis Terbuka

Wanita ke 6 di dunia yang berhasil menjuarai seluruh turnamen grandslam di dunia, Perancis (2012), Wimbledon (2004), AS Terbuka (2006), dan Australia Terbuka (2008)



Sebelumnya, kecantikan banyak dianggap sebagai faktor pengganggu untuk menjadi petenis nomor satu dunia, walau sebenarnya petenis kampiun masa lalu seperti Steffi Graf dari Jerman, Gabriela Sabatini dari Argentina, atau Jennifer Capriati dari Amerika Serikat, ataupun Martina Hingis dari Swiss bukanlah petenis berwajah buruk.

Namun setelah munculnya petenis Rusia lainnya, Anna Kournikova, dan kemudian Maria Sharapova, dunia tenis pun menjadi glamour, karena kedua petenis tersebut memadukan kegiatan tenis mereka dengan tampil sebagai model bagi berbagai produk



Anna Kournikova pernah menjadi juara grandslam yaitu juara ganda putri Australia Terbuka di tahun 1999 dan 2001 bersama Martina Hingis. Namun, prestasi di cabang tenis adalah gelar di tunggal, dan selama karirnya belum pernah memenangkan satu gelar tunggal pun di turnamen WTA yang diikutinya.

Ketika Sharapova memulai karirnya tahun 2004 di usia 17 tahun, dengan menjuarai Wimbledon, pada awalnya banyak yang memperkirakan Sharapova akan memiliki karier yang berbeda dengan Kournikova.

Sharapova pindah dari Siberia di Rusia ke Amerika Serikat di usia remaja, guna mengejar prestasi tenisnya. Namun raut wajahnya yang menawan, kemudian mendatangkan pula tawaran untuk menjadi model. Dia pernah menjadi model untuk produk Nike, Prince dan Canon



Setelah Wimbledon tahun 2004, dan dengan semakin terkenal, Sharapova dianggap mulai "terganggu" konsentrasinya di dunia tenis.

Namun sebenarnya bisa dilihat dalam periode 10 tahun terakhir dari 2000-2012, pertarungan tenis putri dunia sangatlah ketat dengan begitu banyaknya pemain-pemain top seperti dua bersaudara Williams Serena dan Venus, duo petenis Belgia, Kim Clisjters, dan Justine Henin.






Belum lagi petenis seperti Amelie Mauresmo (Prancis), Anna Ivanovic (Serbia), dan sejumlah petenis Rusia seperti Svetlana Kuznetsova, Dinara Safina, Elena Dementieva.

Beberapa kali cedera juga mewarnai perjalanan karir Sharapova. Cedera serius pada bahunya pada tahun 2008, sempat membuatnya harus menjalani operasi bahu serius dan harus berisitirahat selama 10 bulan dari dunia tenis. Peringkatnya pun pernah turun menjadi 126 dunia



Cedera, apalagi bahu, merupakan cedera serius, dan seringkali ini bisa mematikan karir seorang petenis. Tetapi ini ternyata berbeda bagi Sharapova. Gelar grandslam ketiganya didapatnya tahun 2008 di Australia, sesaat sebelum dia menderita cedera bahu, yang juga pernah dialaminya tahun 2007.

Gelar grandslam keempat tahun 2012 di Perancis Terbuka ini, merupakan gelar yang paling sulit didapat oleh Sharapova. Ini karena karakter permainannya lebih cocok untuk permainan di lapangan keras, seperti Australia dan AS ataupun lapangan rumput seperti Wimbledon.







Sharapova pernah beberapa kali mengakui bahwa dia mungkin tidak akan pernah memenangkan turnamen di lapangan tanah liat, seperti Perancis tersebut.

Jadi, ada sebenarnya kunci keberhasilan Maria Sharapova di dunia tenis. Inilah penilaian mantan pemain nomor satu dunia dari Amerika Serikat, Lindsay Davenport. "Sejak usia muda, Maria sudah berkeinginan menjadi petenis nomor satu dunia. Dia selalu memiliki mental juara, dan saya melihatnya ketika dia berusia 17 tahun. Cedera bahunya pernah mempengaruhi permainannya. Cedera seperti itu seringkali menjadi akhir karir seorang petenis."



"Maria pernah mengatakan, bila dia memenangkan gelar grandslam lagi, itu akan menjadi gelar paling berharga, apalagi Perancis Terbuka, karena dia pernah berpikir bahwa dia tidak akan pernah menang di Rolland Garros." kata Davenport.

Beberapa minggu lagi, grandslam akan beralih ke lapangan rumput Wimbledon, salah satu lapangan favorit Sharapova.

Mungkin gelar Perancis Terbuka menjadi awal putaran baru bagi Sharapova, untuk mengumpulkan gelar grandslam lebih banyak lagi, dan sekaligus mengakhiri mitos di kalangan tenis, bahwa kecantikan dan permainan piawai di lapangan tidak bisa dipadukan



#Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar